-->

Makalah Metode Pembelajaran PAI SMA/MA

Kumpulan Contoh Makalah - Makalah Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk SMA/MA meliputi pengertian, ruang lingkup, dan macam-macam pengajaran PAI dilengkapi dengan footnote
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bila kita berbicara tentang ruang lingkup pengajaran agama, maka akan dikemukakan beberapa bidang pembahasan pengajaran agama itu yang sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri di perguruan agama. Tentu saja seharusnya sudah mempunyai metodik khusus untuk masing-masing pelajaran (fiqhi, aqidah, akhlak, dan mata pelajaran agama yang lainnya).
Jumlah dan jenis mata pelajaran dapat saja bertambah/dipecah dan mungkin di gabung. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah lagi, yang bertambah adalah bidang studi dari segi pengelompokkannya serta pembahasannya.
Metode Pembelajaran merupakan cara atau tekhnik pengkajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guna saat pengkajian bahan pelajaran, baik secara individual maupun kelompok. Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu proses, perbuatan dan cara me ndekati peserta didik dan mempermudah pelaksanaan pendidikan Islam itu sendiri. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung pasti akan didukung oleh metode dan pendekatan pembelajaran, karena dalam pembelajaran, apabila sudah menggunakan kedua sistem diatas maka komponen-komponen pendidikan akan berjalan dengan baik, khususnya pendidikan Islam baik secara efektif dan efisien.
Dalam pembelajaran metode dan pendekatan tidak bisa dipisahkan karena kedua unsur ini merupakan alat dan cara yang digunakan untuk menunjang kelancaran pendidikan.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Metodik dan Kriteria Pengajaran PAI ?
2.      Apa saja Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA?
3.      Apa Saja Macam-Macam Pengajaran PAI di SMA ?




BAB II
PEMBAHASAN

Metodik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA
A.    Pengertian Metodik dan Kriteria Pengajaran PAI

Untuk memudahkan memahami apa yang dimaksud dengan Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , marilah kita lihat dari taksonomi disiplin ilmu didaktik.Didaktik (Ilmu mengajar) dapat dikelompokkan menjadi :
a. Didaktik Umum, yaitu ilmu yang membicarakan azas-azas atau teori umum mengajar. Atau sering diistilahkan dengan ilmu pembentukan umum maksudnya teori-teori tentang pembentukanrohani pada umumnya, teori-teori yang di dalamnya dikemukakan dan jugadipertanggungjawabkan bagaimana pada umumnya cara mengajar dan karenanya pula menyuruhbelajar secara sistematis.
Dalam didaktik umum ada dua hal pokok yang dibicarakan :
1) masalah minat dan perhatian
2) masalah kerja sendiri rohani dan jasmani
b. Didaktik Khusus atau Metodik atau juga disebut Didaktik Praktis, yaitu ilmu yang berbicara tentang masalah metode mengajar secara teoritis dan praktis.Metodik ini dibagi lagi menjadi :
1) Metodik Umum, yaitu ilmu yang membicarakan tentang metode-metode mengajar pada umumnya
2) Metodik Khusus, yaitu ilmu yang membicarakan metode-metode mengajar secara khusus untuk Mata Pelajaran.
Dari sini dapat dimengerti bahwa Metodik Khusus adalah ilmu yang membicarakan tentang metode-metode bagaimana mengajarkan suatu Mata Pelajaran, karenanya dapat juga disebut Metodologi Pengajaran PAI.
Karena didalam Metodik Khusus ini membicarakan tentang bagaimana mengajarkan Mata Pelajaran suatu Mata Pelajaran, yang tentunya tidak khusus berbicara tentang metode, tapi menyangkut rencana pembelajaran secara keseluruhan, maka Metodik juga bisa disebut sebagai ilmu yang berbicara tentang teori-teori membuat lesson plan. Sifatnya masih umum untuk semua mata pelajaran.
Dia akan khusus manakala tertuju pada mata pelajaran tertentu, seperti Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, maksudnya ia hanya berbicara tentang kumpulan teori membuat lesson plan pengajaran MP. Pend. Agama Islam.Pada dasarnya teori yang dibicarakan dalam MKPAI adalah juga yang dibicarakan di dalam Metodik Khusus tapi disesuaikan dengan sifat-sifat khas MP PAI.[1]

Kata metode secara estimologis merupakan arti dari bahasa yunani, yang merupakan gabungan dari kata meta yang bisa diartikan sebagai “melalui” dan kata hodos yang bisa diartikan sebagai “jalan yang dilalui” dalam setiap konsep yang dikemas dalam semua pendidikan, metode pendidikan adalah alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebenarnya dalam kamus besar bahasa Indonesia metode diartikan sebagai “cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya atau jiga dapat diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk mudah dalam pelaksanaan suatu kegiatan gunamencapai suatu tujuan yang ditentukan” Metode dalam mengajar yang di ungkapkan oleh Roestiyah N.K adalah sebagai teknik penyajian yang dikuasasi guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode mengajar pendidikan Agama Islam adalah cara sistematis dan terencana yang digunakan untuk melakukan suatu pengajaran dalam pendidikan Agama Islam untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dari tujuan yang telah ditentukan.

Jadi Kriteria pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah persyaratan atau macam-macam pengajaran PAI yaitu dari segi penggunaan metode. Berbicara kriteria tentunya dari sekian banyak mata pelajaran PAI kriteria metode yang digunakan seperti apa.[2]


B.     Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA

Pada tingkat sekolah lanjutan tingkat Menengah Atas, mata pelajaran PAI secara keseluruhannya dalam lingkup keimanan, ibadah, al-Qur’an, akhlak, muamalah, syari’ah dan tarikh atau sejarah Islam.
Ruang lingkup PAI meliputi perwujudan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya. Sedangkan dalam PERMENDIKNAS RI NO 22 Tahun 2006 Ruang lingkup PAI SMA meliputi Al-Qur’an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh/Sejarah Islam.[3]
Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang umum dilaksanakan di sekolah menengah pertama di antaranya:
  1. Pengajaran keimanan
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada Dzat Mutlak yang Maha Esa yaitu Allah beserta sifat dan wujud-Nya yang sering disebut dengan tauhid. Tauhid menjadi rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam. Keimanan merupakan akar suatu pokok agama, pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan.[4]
2.      Pengajaran akhlak
Kata akhlak berawal dari bahasa Arab yang berarti bentuk kejadian dalam hal ini bentuk batin atau psikis manusia. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia sebagai sistem yang mengatur hubungan manusia dengan Allah. Manusia dan lainnya yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Dalam pelaksanaannya pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik.

3.      Pengajaran ibadah
Ibadah menurut bahasa artinya, taat, tunduk, turut, ikut dan doa. Dalam pengertian yang khusus ibadah adalah segala bentuk pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain.[5]
Pengajaran ibadah ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang ibadah tetapi juga menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga situasi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
4.      Pengajaran al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama. Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah.
Dalam hal ini pada tingkatan SMA, memahami dan menghayati pokok-pokok al-Qur’an dan menarik hikmah yang terkandung di dalamnya secara keseluruhan dalam setiap aspek kehidupan.
5.      Pengajaran muamalah
Muamalah merupakan sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi dengan keimanan yang kokoh.
Sebagaimana yang diungkapkan Thoha Husein bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk memecahkan peradaban. Setiap proses kehidupan seharusnya mengandung berbagai kebutuhan masyarakat, sehingga out put pendidikan sanggup memetakan sekaligus masalah yang sedang dihadapi masyarakat.
6.      Pengajaran syari’ah
Bidang studi syari’ah merupakan pengajaran dan bimbingan untuk mengetahui syariah Islam yang di dalamnya mengandung perintah agama yang harus diamalkan dan larangan agama yang harus ditinggalkan.
Pelaksanaan pengajaran syari’at ini ditujukan agar norma-norma hukum, nilai-nilai dan sikap-sikap yang menjadi dasar pandangan hidup seseorang muslim, siswa dapat mematuhi dan melaksanakannya sebagai pribadi, anggota keluarga dan masyarakat lingkungan.
7.      Pengajaran tarikh atau sejarah Islam
Tarikh merupakan suatu bidang studi yang memberikan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam meliputi masa sebelum kelahiran Islam, masa nabi dan sesudahnya baik pada daulah Islamiah maupun pada negara-negara lainnya di dunia, khususnya perkembangan agama Islam di tanah air.[6]
Pelaksanaan pengajaran tarikh ini diharapkan mampu membantu peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi muslim disamping memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan kebudayaannya, memberikan bekal kepada siswa dalam melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau untuk menjalani kehidupan pribadi mereka bila putus sekolah, mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang. Di samping meluaskan cakrawala pandangan terhadap makna Islam bagi kepentingan umat Islam.


C. Macam-Macam Pengajaran PAI  

Bahan pelajaran agama tidak diragukan lagi mengandung nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau diberikan dengan cara yang kurang wajar misalnya anak disuruh menghafal secara mekanis apa  yang disampaikan oleh guru atau yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran, tidak mustahil akan timbul pada diri anak, murid merasa tidak senang dengan guru agamanya. Oleh karena itu, diperlukan metode yang tepat untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar yang sesuai dengannya.
  1. Bahan yang memerlukan pengamatan. Pengetahuan yang dimiliki oleh anak  pada umumnya diperoleh melalui pengamatan/alat indera. Bahan pelajaran agama di SMA pada umumnya dapat dipelajari melalui pengamatan melalui indera / pengamatan (Sensory type of learning). Contoh pengetahuan tentang shalat dan pelaksanaannya. Dengan mendengar uraian guru murid dapat mengetahui belai indera pendengar, dan begitu juga dengan membaca maka indera penglihatan yang berfungsi dari contoh di atas maka metode yang cocok adalah metode ceramah metode resitasi atau metode proyek (dalam hal ii proyek tentang shalat)
  2. Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu. Untuk mengusai bahan sejenis ini seseorang terutama harus belajar  secara motoris (motor type of learning) contoh  bahan pelajaran tentang jenazah (mengkafani jenazah) untuk mengusai keterampilan itu guru harus memberi kesempatan kepada murid melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan atau keterampilan mengukur, menggunting, membungkus serta keterampilan membaca doa atau bacaan yang berhubungan dengan jenazah. Dari contoh di atas maka metode yang relevan adalah metode demonstrasi dan drill.
  3. Bahan  yang mengandung materi hafalan. Bahan pelajaran agama yang seperti ini termasuk cukup banyak dan segera harus diketahui dan dihafalkan karena akan digunakan dalam beribadah dan beramal untuk mempelajari bahan hafalan ini diperlukan jenis belajar menghafal (memory type of learning). Belajar  dengan menghafal sering menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu cara penyebutan kata-kata, definisi dan sebagainya, tetapi tidak dipahami. Untuk menghindari  anak dari penyakit tersebut perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut : Bahan yang akan diajarkan hendaknya diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak. Dan Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan jadi untuk materi hafalan metode yang relevan adalah metode resitasi dan tanya jawab
  4. Bahan yang mengandung unsur emosi. Bahan yang mengandung emosi seperti kejujuran, keberanian, kesabaran, kegembiraan, kasih sayang dan sebagainya. Bahan seperti ini memerlukan jenis belajar tersendiri yang disebut emosional type of learning, dibandingkan dengan jenis belajar yang lain, jenis belajar emosi ini belum mendapat perhatian sebagai mana mestinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan pelaksanaannya tidak mudah.
Contoh: akhlak terhadap diri sendiri, bahan yang akan dipelajari adalah sabar, pemaaf, pemurah, dan menjauhi sifat dendam untuk mencapai hal tersebut guru harus mengusahakan agar anak memperoleh pengalaman sebanyak-banyak. Jadi dengan menggunakan metode sosiodrama/bermain peranan dan service project. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya adalah
  • Harus ada pada anak suatu ide tentang sifat sabar, pemaaf dan sebagainya
  • Timbul emosional pada diri anak, yaitu ia merasa bahwa sifat itu baik atau tidak baik
  • Sifat-sifat itu harus dilatih, dilaksanakan dalam perbuatan[7]
Dari bentuk keempat kriteria pengajaran PAI maka dapat disesuaikan apakah keempat kriteria itu termasuk dalam bidang studi fiqhi, aqidah, akhlak, dan mata pelajaran yang lain.
Yang mana dalam pengajaran agama dikenal beberapa metode dalam pengajaran seperti
·         Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.
·         Metode soal jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun jawaban.
·         Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.
·         Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.
·         Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran.
·         Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik.
·         Metode mukatabah adalah pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.
·         Metode tafhim adalah pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya.
·         Metode cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.
·         Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik.[8]

Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam di tingkat Sma.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dalam pengajaran agama Islam pada khususnya tentunya memerlukan metode agar dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam kriteria pengajaran PAI Tingkat Sma ada 4 hal yang harus diperhatikan dan metode yang relevan untuk digunakan yaitu, :
  1. Bahan yang memerlukan pengamatan, metodenya yaitu metode ceramah, resitasi, atau proyek
  2. Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu, metodenya  yaitu demonstrasi dan dril
  3. Bahan yang mengandung materi hafalan, metodenya yaitu, pemberian tugas dan tanya jawab
  4. Bahan yang mengandung unsur emosi, metodenya yaitu metode sosiodrama/bermain peran dan service project
B. Saran

Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang kurang dalam makalah ini maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari ibu  dosen yang membawakan mata kuliah ini.



DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam Bandung, Rajawali Press, 2004
Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Rosdakarya, 2002.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomer 22 Tahun 2006

            Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.






[1]. Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Hlm: 78
[2] . Dr. Zakiah Drajat, dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Hlm: 96

[3] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomer 22 Tahun 2006
[4] . Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet. 3, hlm. 199-200.

[5] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm. 75-76.

[6] Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 70.

[7]. Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet. 3, hlm. 199-200.

[8] . Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam Bandung, Rajawali Press, 2004

Related Posts: Makalah Metode Pembelajaran PAI SMA/MA